HANYA KARENA UJIAN, 3 PERAWAT INDONESIA INI NEKAD MEMBUNUH.
Hanya karena dan atas nama profesional, tiga orang perawat Indonesia yang saat ini sedang tinggal dan kerja di Saudi Arabia ini tega membunuh.
Adalah Misbahudin Aziz, sebelum berangkat ke Saudi, lelaki ganteng asal Palu, Sulawesi Tengah ini, berangkat kerja di luar negeri dengan tujuan ingin mengubah nasibnya. Kerja di luar negeri menurut mantan dosen sebuah Stikes di Palu ini, akan mampu menjawab impiannya. Misbahudin dikenal pintar dan cakap berbahasa Inggris.
Sebelum berangkat ke Saudi, Misbah, demikian panggilan sehari-hari dosen muda jebolan Universitas Hasanudin ini, sempat mengikuti sebuah pelatihan pembekalan perawat ke luar negeri di Malang-Jatim. Namun itulah manusia. Bisa lupa.
Abdul Hamid, yang juga asal Sulawesi tidak ketinggalan. Lelaki muda jebolan Akper Kolaka ini nekad. Lulus dari bangku kuliah kemudian ‘lari’ ke Malang untuk mengikuti sebuah pelatihan pembekalan perawat yang ingin kerja di luar negeri.
Hamid dikenal pintar. Dia dinobatkan sebagai lulusan terbaik. Beberapa kali mendapatkan biasiswa. Sudah lebih dari setahun, saat ini Hamid tinggal dan bekerja di Madina-Saudi Arabia, dekat masjid Nabawi. Hamid dikenal dekat, juga disenangi oleh teman-temannya karena karakternya yang dinilai suka menolong.
Namun siapa sangka. Hamid yang tampangnya memang agak ‘seram’ ini, tidak ada yang menduga, tega melakukannya. Padahal Hamid anak seorang yang sangat sederhana di sebuah desa kecil di Kolaka.
Demikian pula Akbar Apriansyah. Lelaki muda yang lincah dan pintar jebolan Stikes Muhammadyah Palembang ini ternyata juga nekad. Akbar dikenal di kampusnya sebagai mahasiswa yang ulet, pandai berbahasa Inggris. Beberapa kali mewakili kampusnya di ajang pertemuan mahasiswa tingkat ASEAN dan ASIA di sejumlah negara.
Akbar dikenal aktif dalam kegiatan kampus. Pernah mendirikan lembaga Sumatera Nursing Center di Palembang bersama dengan beberapa teman dari sejumlah kampus yang berbeda.
Sesudah lulus tahun 2015, Akbar memberanikan diri ke luar dari zona nyamannya. Dari Palembang, dia hengkang ke Jakarta, ingin mengadu nasib. Mencari kerja di sebuah Rumah Sakit, akhirnya terdampar di Malang, guna mengikuti pelatihan pembekalan perawat yang ingin kerja di luar negeri.
Ketiga pemuda cakep di atas yang pintar nyatanya tega membunuh, di tiga tempat yang berbeda dalam waktu yang beda. Hanya terpaut beberapa bulan.
Mereka bertiga nekad membunuh waktu, tenaga dan niatnya bersenang senang serta mengumpulkan duit selama kerja di sana. Mereka gunakan waktu dan tenaganya untuk kerja keras sebagai persiapan sebelum mengikuti Test Prometric di Saudi Arabia.
Kini, mereka bertiga lolos. Mereka adalah contoh perawat yang tidak kenal lelah dalam belajar.
Kiprah mereka bertiga patut dijadikan teladan. Mereka yang semula berpredikat assistant nurses, kemudian dipromosi sebagai staff nurse sesudah lulus Ukomnya Saudi, yang bernama Prometric Test ini.
Sumber: SYAIFOEL HARDY / GRUP FB SUPER
Adalah Misbahudin Aziz, sebelum berangkat ke Saudi, lelaki ganteng asal Palu, Sulawesi Tengah ini, berangkat kerja di luar negeri dengan tujuan ingin mengubah nasibnya. Kerja di luar negeri menurut mantan dosen sebuah Stikes di Palu ini, akan mampu menjawab impiannya. Misbahudin dikenal pintar dan cakap berbahasa Inggris.
Sebelum berangkat ke Saudi, Misbah, demikian panggilan sehari-hari dosen muda jebolan Universitas Hasanudin ini, sempat mengikuti sebuah pelatihan pembekalan perawat ke luar negeri di Malang-Jatim. Namun itulah manusia. Bisa lupa.
Abdul Hamid, yang juga asal Sulawesi tidak ketinggalan. Lelaki muda jebolan Akper Kolaka ini nekad. Lulus dari bangku kuliah kemudian ‘lari’ ke Malang untuk mengikuti sebuah pelatihan pembekalan perawat yang ingin kerja di luar negeri.
Hamid dikenal pintar. Dia dinobatkan sebagai lulusan terbaik. Beberapa kali mendapatkan biasiswa. Sudah lebih dari setahun, saat ini Hamid tinggal dan bekerja di Madina-Saudi Arabia, dekat masjid Nabawi. Hamid dikenal dekat, juga disenangi oleh teman-temannya karena karakternya yang dinilai suka menolong.
Namun siapa sangka. Hamid yang tampangnya memang agak ‘seram’ ini, tidak ada yang menduga, tega melakukannya. Padahal Hamid anak seorang yang sangat sederhana di sebuah desa kecil di Kolaka.
Demikian pula Akbar Apriansyah. Lelaki muda yang lincah dan pintar jebolan Stikes Muhammadyah Palembang ini ternyata juga nekad. Akbar dikenal di kampusnya sebagai mahasiswa yang ulet, pandai berbahasa Inggris. Beberapa kali mewakili kampusnya di ajang pertemuan mahasiswa tingkat ASEAN dan ASIA di sejumlah negara.
Akbar dikenal aktif dalam kegiatan kampus. Pernah mendirikan lembaga Sumatera Nursing Center di Palembang bersama dengan beberapa teman dari sejumlah kampus yang berbeda.
Sesudah lulus tahun 2015, Akbar memberanikan diri ke luar dari zona nyamannya. Dari Palembang, dia hengkang ke Jakarta, ingin mengadu nasib. Mencari kerja di sebuah Rumah Sakit, akhirnya terdampar di Malang, guna mengikuti pelatihan pembekalan perawat yang ingin kerja di luar negeri.
Ketiga pemuda cakep di atas yang pintar nyatanya tega membunuh, di tiga tempat yang berbeda dalam waktu yang beda. Hanya terpaut beberapa bulan.
Mereka bertiga nekad membunuh waktu, tenaga dan niatnya bersenang senang serta mengumpulkan duit selama kerja di sana. Mereka gunakan waktu dan tenaganya untuk kerja keras sebagai persiapan sebelum mengikuti Test Prometric di Saudi Arabia.
Kini, mereka bertiga lolos. Mereka adalah contoh perawat yang tidak kenal lelah dalam belajar.
Kiprah mereka bertiga patut dijadikan teladan. Mereka yang semula berpredikat assistant nurses, kemudian dipromosi sebagai staff nurse sesudah lulus Ukomnya Saudi, yang bernama Prometric Test ini.
Sumber: SYAIFOEL HARDY / GRUP FB SUPER
Komentar Anda