Bagaimana mengubah persepsi masyarakat terhadap Perawat ?
Perawat/ners sampai saat ini harus kita akui bahwa masyarakat memandangnya sebagai pembantu dokter, padahal dari kalangan para pakar perawat selalu memberikan argumentasinya bahwa perawat/ners tidak boleh diidentikkan sebagai pembantu dokter tapi mitra. Namun kenyataan yang terjadi persepsi masyarakat terhadap perawat masih belum terjadi secara nyata seperti yang didengungkan oleh para pakar keperawatan dalam setiap forum/pertemuan ilmiah. Dan bahkan yang terjadi menurut hemat saya adalah pemastian kedudukan perawat sebagai pembantu dokter semakin mantap.
Hal ini sangat jelas di beberapa hal yaitu seperti perbedaan golongan dalam kepegawaian, misalnya profesi dokter, apoteker diakui sebagai IIIB sementara Ners hanya IIIA. Selain itu dalam hal-hal sekecilpun seperti akting seorang perawat dalam sebuah sinetron yang tidak lebih dari seorang yang selalu memegang map dan mengikuti dokter saat memeriksa pasien yang tanpa kita sadari bahwa hal itu semuanya masyarakat mengartikan keberadaan perawat sebagai orang yang menyiapkan segala sesuatunya untuk kelancaran pekerjaan dokter. Padahal perawat dan dokter masing-masing dianggap sebagai suatu profesi yang setara dalam membantu mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
Mengapa hal ini terjadi ?
Tidak bisa kita pungkiri bahwa salah satu hal yang menyebabkan persepsi masyarakat terhadap tenaga keperawatan (perawat) adalah tingkat pendidikan perawat itu yang masih berjenjang. Akibatnya sebutan terhadap perawat itu sendiri menjadi beraneka ragam pula, mulai dari perawat pembantu hingga ada istilah perawat profesional. Inilah bedanya dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter ya tetap dokter dimana mereka tidak ada dokter profesional atau dokter pembantu. Dan ini memang jelas karena kalau kita dasarkan pada kata profesional bisa saja membawa pemahaman bahwa keperawatan itu belum menjadi salah satu bidang profesi sepenuhnya. Padahal keperawatan itu sudah jelas-jelas diakui sebagai suatu profesi.
Bagaimana caranya mengubah ?
Menurut saya untuk merubah persepsi masyarakat terhadap perawat agar tidak tidak menganggap sebagai tenaga kesehatan yang lebih rendah tingkatannya dibanding tenaga kesehatan lainnya, maka salah satu terobosan yang harus kita lakukan secara terus menerus adalah sosialisasi ke masyarakat tentang sebutan dan peran perawat yang sesungguhnya. Salah satu contohnya yaitu dalam hal pemanggilan atau sebutan perawat itu sendiri. Alangkah baiknya bila setiap perawat membiasakan untuk memanggil "ners" kepada sesama perawat, bukan suster ataupun mantri (untuk hal ini tidak usah dipermasalahkan dulu dari mana tingkat pendidikan perawat yang bersangkutan).
Saya percaya dengan istilah yang kedengarannya baru di telinga masyarakat maka membuat mereka pasti bertanya apa itu ners ? Sehingga dari situ bisa diberikan pemahaman pada masyarakat bahwa kini tingkat pendidikan(pengakuan)terhadap perawat sudah berubah, tidak seperti dulu yaitu suter dan mantri.
*Mohon maaf bila pandangan saya ini ada yang tidak berkenan, tulisan ini semata mata demi memasyarakatnya sebutan profesi kita yaitu ners (sebutan baru) yang dirubah dari sebutan lama yaitu suster ataupun mantri.
BACA TULISAN LAINNYA...
Klik Disini : Dokter ingin setara dengan Perawat
Hal ini sangat jelas di beberapa hal yaitu seperti perbedaan golongan dalam kepegawaian, misalnya profesi dokter, apoteker diakui sebagai IIIB sementara Ners hanya IIIA. Selain itu dalam hal-hal sekecilpun seperti akting seorang perawat dalam sebuah sinetron yang tidak lebih dari seorang yang selalu memegang map dan mengikuti dokter saat memeriksa pasien yang tanpa kita sadari bahwa hal itu semuanya masyarakat mengartikan keberadaan perawat sebagai orang yang menyiapkan segala sesuatunya untuk kelancaran pekerjaan dokter. Padahal perawat dan dokter masing-masing dianggap sebagai suatu profesi yang setara dalam membantu mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
Mengapa hal ini terjadi ?
Tidak bisa kita pungkiri bahwa salah satu hal yang menyebabkan persepsi masyarakat terhadap tenaga keperawatan (perawat) adalah tingkat pendidikan perawat itu yang masih berjenjang. Akibatnya sebutan terhadap perawat itu sendiri menjadi beraneka ragam pula, mulai dari perawat pembantu hingga ada istilah perawat profesional. Inilah bedanya dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter ya tetap dokter dimana mereka tidak ada dokter profesional atau dokter pembantu. Dan ini memang jelas karena kalau kita dasarkan pada kata profesional bisa saja membawa pemahaman bahwa keperawatan itu belum menjadi salah satu bidang profesi sepenuhnya. Padahal keperawatan itu sudah jelas-jelas diakui sebagai suatu profesi.
Bagaimana caranya mengubah ?
Menurut saya untuk merubah persepsi masyarakat terhadap perawat agar tidak tidak menganggap sebagai tenaga kesehatan yang lebih rendah tingkatannya dibanding tenaga kesehatan lainnya, maka salah satu terobosan yang harus kita lakukan secara terus menerus adalah sosialisasi ke masyarakat tentang sebutan dan peran perawat yang sesungguhnya. Salah satu contohnya yaitu dalam hal pemanggilan atau sebutan perawat itu sendiri. Alangkah baiknya bila setiap perawat membiasakan untuk memanggil "ners" kepada sesama perawat, bukan suster ataupun mantri (untuk hal ini tidak usah dipermasalahkan dulu dari mana tingkat pendidikan perawat yang bersangkutan).
Saya percaya dengan istilah yang kedengarannya baru di telinga masyarakat maka membuat mereka pasti bertanya apa itu ners ? Sehingga dari situ bisa diberikan pemahaman pada masyarakat bahwa kini tingkat pendidikan(pengakuan)terhadap perawat sudah berubah, tidak seperti dulu yaitu suter dan mantri.
*Mohon maaf bila pandangan saya ini ada yang tidak berkenan, tulisan ini semata mata demi memasyarakatnya sebutan profesi kita yaitu ners (sebutan baru) yang dirubah dari sebutan lama yaitu suster ataupun mantri.
BACA TULISAN LAINNYA...
Klik Disini : Dokter ingin setara dengan Perawat
Komentar Anda