PERAWAT ADALAH JANTUNG RUMAH SAKIT, DOKTER OTAKNYA.
Profesi perawat dan dokter adalah dua hal yang berbeda. Masing-masing mempunyai tugas dan kewenangan yang berbeda pula.
Perawat adalah mitra bukan pembantu dokter. Perawat sangat menghargai dokter dan dokterpun menghargai perawat yang 24 jam bersama pasien.
Goresan ini tidak bermaksud memecah belah antara kedua profesi kesehatan yang sangat penting ini dipelayanan kesehatan. Hanya saja tangan ini terasa gatal ketika mendengar ada yang bilang bahwa "perawat tidak boleh menyuntik". Entah siapa yang bilang seperti itu, yang menjadi viral di medsos. Dan alhamdulillah telah ada klarifikasi.
Penulis secara pribadi tidak suka ada pihak yang merendahkan profesi perawat mentang-mentang kewenangan perawat terbatas terhadap pasien di pelayanan kesehatan. Sejauh ini perawat sama dokter enjoy-enjoy saja saat on duty di pelayanan. Tidak mempersalahkan ini tugasmu, dan ini tugasku.
Begitupun perawat sangat menghargai keberadaan dokter bahkan ketika dokter visite terkadang diikuti 5 perawat keliling ruangan pasien. Itu artinya betapa profesi perawat menghargai seorang dokter yang saya sebut sebagai otak rumah sakit ini.
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan yang tertuang di pasal 32 Ayat (4) mengatakan bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antara lain adalah menyuntik, memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah. Itu artinya perawat hanya boleh menyuntik kalau ada pendelegasian tugas dari tenaga medis. Bagaimana kalau tidak ada pendelegasian? Ya.. tentu saja perawat tidak boleh melakukannya. Aturan adalah hukum tertinggi. Dan aturan tetaplah aturan.
Masing-masing sudah ada porsi untuk dimakan dan jenis makananya pun berbeda. Namun terkadang para dokter tidak menghabiskan porsi yang telah disediakan. Jadi dikasihkanlah sebagian porsinya kepada perawat. Padahal perawat sudah kekenyangan dengan porsinya sendiri. Akhirnya perawat jadi tahu, oh seperti ini makanannya dokter. Jadi apa yang diketahui dokter juga sudah diketahui perawat. Tapi kan tidak baik dan kurang elok jika mendahului sang pemilik wewenang.
Perawat itu tugasnya melaksanakan askep dengan pendekatan proses keperawatan. Banyak buku yang dipelajari sewaktu kuliah mulai dari pengkajian hingga evaluasi secara detail, namun kenyataan dilapangan perawat sendiri ogah ogahan nge-askep secara lengkap seperti saat dibangku kuliah kemarin. Bisa dibilang "yang penting ada askepnya meskipun tidak selengkap saat dibangku kuliah". Looh, ngapain ya capek-capek belajar nulis askep hingga mententeng kalo gitu. Di kampus belajar intervensi NIC NOC dan lain-lain, ketika di Rumah Sakit tidak diterapkan. Iya, sekedar tahu teori namun nihil aplikasi dilapangan. Padahal tugas utama perawat ya itu, ASKEP. Bukan nyuntik, pasang infus dan lain-lain yang menjadi tugas dari profesi lain.
Itu semua hanya pelimpahan saja dari tenaga medis, bukan pekerjaan utama. Namun perawat-perawat di Rumah Sakit 70 % disibukkan oleh tugas delegatif itu dibanding tugasnya sendiri.
Hubungan dokter sama perawat dokter itu sangat baik dan erat. Jadi harus saling menghargai. Perawat itu adalah pekerjaan mulia. Iya itu benar. Karena perawat rela dan sanggup membantu pekerjaan profesi lain. Ingat ya "membantu" bukan pembantu.
Dokter itu baik. Makanya perawat menghormati meskipun perawat sendiri tahu pekerjaan dokter. Tidak mendahului, masih tahu diri dan juga porsi.
Seperti yang penulis katakan diatas. Jantung dan otak adalah organ tubuh yang sangat penting keberadaannya. Otak tanpa jantung? MATI.
Perawat adalah mitra bukan pembantu dokter. Perawat sangat menghargai dokter dan dokterpun menghargai perawat yang 24 jam bersama pasien.
Goresan ini tidak bermaksud memecah belah antara kedua profesi kesehatan yang sangat penting ini dipelayanan kesehatan. Hanya saja tangan ini terasa gatal ketika mendengar ada yang bilang bahwa "perawat tidak boleh menyuntik". Entah siapa yang bilang seperti itu, yang menjadi viral di medsos. Dan alhamdulillah telah ada klarifikasi.
Penulis secara pribadi tidak suka ada pihak yang merendahkan profesi perawat mentang-mentang kewenangan perawat terbatas terhadap pasien di pelayanan kesehatan. Sejauh ini perawat sama dokter enjoy-enjoy saja saat on duty di pelayanan. Tidak mempersalahkan ini tugasmu, dan ini tugasku.
Begitupun perawat sangat menghargai keberadaan dokter bahkan ketika dokter visite terkadang diikuti 5 perawat keliling ruangan pasien. Itu artinya betapa profesi perawat menghargai seorang dokter yang saya sebut sebagai otak rumah sakit ini.
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan yang tertuang di pasal 32 Ayat (4) mengatakan bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antara lain adalah menyuntik, memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah. Itu artinya perawat hanya boleh menyuntik kalau ada pendelegasian tugas dari tenaga medis. Bagaimana kalau tidak ada pendelegasian? Ya.. tentu saja perawat tidak boleh melakukannya. Aturan adalah hukum tertinggi. Dan aturan tetaplah aturan.
Masing-masing sudah ada porsi untuk dimakan dan jenis makananya pun berbeda. Namun terkadang para dokter tidak menghabiskan porsi yang telah disediakan. Jadi dikasihkanlah sebagian porsinya kepada perawat. Padahal perawat sudah kekenyangan dengan porsinya sendiri. Akhirnya perawat jadi tahu, oh seperti ini makanannya dokter. Jadi apa yang diketahui dokter juga sudah diketahui perawat. Tapi kan tidak baik dan kurang elok jika mendahului sang pemilik wewenang.
Perawat itu tugasnya melaksanakan askep dengan pendekatan proses keperawatan. Banyak buku yang dipelajari sewaktu kuliah mulai dari pengkajian hingga evaluasi secara detail, namun kenyataan dilapangan perawat sendiri ogah ogahan nge-askep secara lengkap seperti saat dibangku kuliah kemarin. Bisa dibilang "yang penting ada askepnya meskipun tidak selengkap saat dibangku kuliah". Looh, ngapain ya capek-capek belajar nulis askep hingga mententeng kalo gitu. Di kampus belajar intervensi NIC NOC dan lain-lain, ketika di Rumah Sakit tidak diterapkan. Iya, sekedar tahu teori namun nihil aplikasi dilapangan. Padahal tugas utama perawat ya itu, ASKEP. Bukan nyuntik, pasang infus dan lain-lain yang menjadi tugas dari profesi lain.
Itu semua hanya pelimpahan saja dari tenaga medis, bukan pekerjaan utama. Namun perawat-perawat di Rumah Sakit 70 % disibukkan oleh tugas delegatif itu dibanding tugasnya sendiri.
Hubungan dokter sama perawat dokter itu sangat baik dan erat. Jadi harus saling menghargai. Perawat itu adalah pekerjaan mulia. Iya itu benar. Karena perawat rela dan sanggup membantu pekerjaan profesi lain. Ingat ya "membantu" bukan pembantu.
Dokter itu baik. Makanya perawat menghormati meskipun perawat sendiri tahu pekerjaan dokter. Tidak mendahului, masih tahu diri dan juga porsi.
Seperti yang penulis katakan diatas. Jantung dan otak adalah organ tubuh yang sangat penting keberadaannya. Otak tanpa jantung? MATI.
Jantung tanpa otak?? TIDAK MATI tapi sekedar korsleting saja pikirannya.
Artinya keberadaan perawat sangat vital di pelayanan kesehatan. Hanya saja kewenangannya terbatas. Karena memang perawat bukan tenaga medis tapi mitra yang membantu kelancaran medis.
Perawat itu multifungsi, bisa menjadi jantung, bisa pula menjadi otak asalkan diberikan kewenangan tertulis. Lalu bagaimana jika pasiennya butuh specialist ? Kan jika sudah diberikan kewenangan pasti ada title yang namanya "perawat spesialis". Spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis paru, dan lain - lain.Sejauh ini kan dokter yang berwenang, jadi wajar saja jika title spesialis itu hanya diperuntukkan untuk dokter.
Jika sistem dibuat seperti itu lantas nanti dokter kerjaannya apa kalo diambil oleh perawat?. Jadi sudah ada porsi dan jatah masing-masing.
Jadi sudahlah. Jangan memicu masalah yang akan merenggangkan antara keduanya.
Penulis hanya menyampaikan bahwa "jangan sesekali merendahkan profesi perawat ataupun memandang dengan sebelah mata". Perawat itu sudah sangat baik karena sudah mau membantu pekerjaan profesi lain. Jadi berterimakasihlah pada mereka para perawat, yang merupakan "sahabat setia" pasien selama 24 jam sehari meskipun pasiennya sendiri selalu menanyakan kapan dokternya datang sus?. Tapi perawat tidak sakit hati sama sekali karena memang itu porsinya perawat.
We are a team and one big family. Kerja ikhlas dan kerja cerdas. Dua hal tersebut yang harus dimiliki oleh tiap jiwa perawat.
Saudi Arabia, 8 Januari 2017
ARDI SAPUTRA. (FB Grup Super /Idha Chielow)
Artinya keberadaan perawat sangat vital di pelayanan kesehatan. Hanya saja kewenangannya terbatas. Karena memang perawat bukan tenaga medis tapi mitra yang membantu kelancaran medis.
Perawat itu multifungsi, bisa menjadi jantung, bisa pula menjadi otak asalkan diberikan kewenangan tertulis. Lalu bagaimana jika pasiennya butuh specialist ? Kan jika sudah diberikan kewenangan pasti ada title yang namanya "perawat spesialis". Spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis paru, dan lain - lain.Sejauh ini kan dokter yang berwenang, jadi wajar saja jika title spesialis itu hanya diperuntukkan untuk dokter.
Jika sistem dibuat seperti itu lantas nanti dokter kerjaannya apa kalo diambil oleh perawat?. Jadi sudah ada porsi dan jatah masing-masing.
Jadi sudahlah. Jangan memicu masalah yang akan merenggangkan antara keduanya.
Penulis hanya menyampaikan bahwa "jangan sesekali merendahkan profesi perawat ataupun memandang dengan sebelah mata". Perawat itu sudah sangat baik karena sudah mau membantu pekerjaan profesi lain. Jadi berterimakasihlah pada mereka para perawat, yang merupakan "sahabat setia" pasien selama 24 jam sehari meskipun pasiennya sendiri selalu menanyakan kapan dokternya datang sus?. Tapi perawat tidak sakit hati sama sekali karena memang itu porsinya perawat.
We are a team and one big family. Kerja ikhlas dan kerja cerdas. Dua hal tersebut yang harus dimiliki oleh tiap jiwa perawat.
Saudi Arabia, 8 Januari 2017
ARDI SAPUTRA. (FB Grup Super /Idha Chielow)
Komentar Anda